Oleh: Niken Satyawati | 30 April 2011 | 12:33 WIB

Jurnalisme warga (citizen journalism) akhir-akhir ini banyak didengungkan. Kompasiana juga memproklamasikan diri sebagai wahana jurnalisme warga. Nah… sekadar berbagi pendapat tentang isu yang satu ini, berikut adalah tulisan saya tentang hal-hal mendasar dalam jurnalisme warga.
Pada intinya, jurnalisme warga adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh MASYARAKAT dalam kegiatan jurnalistik, berupa pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi. Yah miri-mirip pekerjaan wartawan lah. Tapi dalam konteks ini, ANDA-lah wartawannya! Bukan wartawan yang bernaung dalam sebuah perusahaan media.
Dimana jurnalis warga bisa menyampaikan karya atau tulisannya?
Yang pertama tentu media mainstream/konvensional baik cetak, elektronik, online. Namun selain itu, seiring dengan perkembangan media dan teknologi informasi, Anda juga bisa menyampaikan karya Anda dalam social media seperti Facebook, Twitter, Youtube, Multiply dan tentu tak lupa: Kompasiana. Kalau Anda adalah karyawan sebuah perusahaan, silakan mengaktualisasikan diri di newsletter/bulletin lembaga/instansi/perusahaan Anda. Kalau semua media itu tak juga membuat Anda tertarik, ya silakan menciptakan media sendiri.
Apa bentuk keterlibatan Jurnalis warga?
Bentuk keterlibatan yang utama dan pantas diutamakan tentu saja hasil reportase. Hasil reportase ini bisa dikemas dalam bentuk straight news, soft news, feature, investigative news, indepth news tergantung selera Anda, wong Anda sendiri wartawannya. Selain itu bisa dalam bentuk artikel opini, resensi buku , foto kegiatan, video peristiwa, surat pembaca bahkan sekadar komentar di jejaring sosial.
Apa keuntungan yang diperoleh jurnalis warga?
Kepuasan, itu yang pertama. Puas kan kalau tulisan kita terbit dan kemudian diapresiasi/dikomentari orang? Lebih puas lagi kalau akhirnya kita jadi terkenal. Bila sudah dikenal, maka akan muncul kepercayaan dari orang/pembaca kepada kita. Dari situ kita mendapat teman dan juga bisa membangun jaringan. pada gilirannya bisa jadi pada gilirannya kita juga akan memperoleh keuntungan finansial.
Modalnya?
Gak muluk-muluk kok. Cuma daya ingat yang baik, dan syukur-syukur punya notesdan alat menulis. Kata almarhum Rosihan Anwar, jurnalis yang baik memiliki daya ingat yang baik dan mencatat dengan baik. Ini hubungannya dengan akurasi. Makin akurat apa yang disampaikan, makin tinggi integritas seorang wartawan. Oya satu lagi, kalau punya kamera akan lebih baik. Atau seperti sayaaja, bermodal kamera ponsel K800i.
Ketahui news value
Ada baiknya jurnalis warga mengetahui nilai berita (news value), yaitu hal-hal yang membuat sebuah berita/ artikel bisa memperoleh predikat "layak muat" di media massa. Satu nilai berita sudah memenuhi. Dua nilai berita makin membuat layak muat, dan bila tulisan/artikel kita memenuhi semua unsur nilai berita layak menjadi headline (HL). Nilai-nilai berita itu adalah:
- Penting: Sesuatu isu yang penting dan menyangkut banyak orang.
- Aktualitas: Isunya baru.
- Besar: Besar kejadiannya, besar efeknyabagi orang banyak.
- Kedekatan: Isu yang dekat dengan orang secara lokasi, kesejarahan dll.
- Ketenaran: Isu yang menyangkut orang terkenal tentu lebih menarik.
- Rasa Kemanusiaan: Tulisan yang menggugah rasa kemanusiaan
- Pertentangan: Tentang hal yang berbau konflik/kontroversi.
- Keganjilan/tidak biasa: Kejadian atau sesuatu hal yang tak biasa terjadi.
Akhir kata, untuk bisa menjadi jurbalis warga yang baik, orang mestinya suka mengamati kejadian atau apapun yang ada di sekitar. Apalagi kalau orang itu juga punya feeling detektif (suka menganalisis), tentu lebih baik lagi. Banyak membaca dan banyak jalan-jalan akan menjadi kelebihan tersendiri.
Demikian matakuliah dasar jurnalisme warga hari ini. Sekian dan terima cium.
build, access and manage your IT infrastructure and web applications
Comments
Post a Comment