Melatih Pegawai atau Software Keamanan, Dilema Menjaga Keamanan Perusahaan

Menjaga keamanan perusahaan tidaklah mudah, mana bisa diandalkan? perangkat keamanan atau melatih perilaku berkomputer dan berinternet pegawai? foto dok. lythyum.com
Berdasarkan laporan Microsoft, Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat malware tertinggi di dunia. Ini tentu bukan soal sepele, terutama bagi kalangan bisnis seperti disampaikan Kristin Gillon, technical Manager, IT Faculty ICAEW (Institute of Chartered Accountants in England and Wales). Sebab, malware bisa jadi melumpuhkan sistem mereka, mencuri data pelanggan atau bahkan menyebarkan data penting perusahaan kepada pesaing.
Dalam laporan ICAEW, disebutkan bahwa orang merupakan titik terlemah dalam keamanan TI perusahaan. Oleh karena itu, menjadi penting untuk memastikan bahwa pekerja punya perilaku berkomputer dan berinternet yang sadar keamanan. Sebisa mungkin buat karyawan sadar untuk berpikir dua kali sebelum meng-klik suatu link, berhati-hati dengan apa yang mereka tulis di media sosial, gunakan password yang kuat dan tak mudah ditebak (kombinasi huruf, angka, dan tanda baca misalnya), dan jangan taruh password itu di ponsel mereka, semikian ICAEW.
Meski demikian, ketika ditanya mana yang lebih baik, mengandalkan perangkat keamanan atau melakukan pelatihan kepada pegawai? Kristin menyarankan penggunan software keamanan yang mumpuni jadi pilihan yang lebih terpercaya. “Banyak perusahaan yang melakukan pelatihan keamanan bagi karyawannya, tapi mereka tetap mengklik <em>link-link</em> berbahaya,” ujarnya. “Hanya dibutuhkan satu klik untuk menyusup dalam sistem perusahaan,” tambahnya lagi. Oleh karena itu, menyediakan perangkat keamanan yang mumpuni adalah lebih baik, tandasnya.
Selain itu, Kristin juga merekomendasikan agar pelaku bisnis memerhatikan beberapa aturan keamanan dasar berikut.
Pertama, pastikan setiap perangkat yang terhubung dengan internet memiliki perangkat keamanan. Pastikan pula perangkat keamanan yang kamu pakai terus diperbarui sehingga dapat menghadapi berbagai model serangan baru. Sebab, Kristin sadar para penjahat cyber selalu mencari cara baru untuk menerobos sistem keamanan yang kita pakai.
Kedua, pisahkan data perusahaan yang benar-benar rahasia. Pastikan data rahasia ini bukan data yang mudah diakses kapanpun, oleh siapapun, dimanapun.
Ketiga, bersiaplah untuk kejadian terburuk. Sebab, semua pakar keamanan setuju bahwa suatu saat bisnis apapun sangat mungkin mendapat serangan cyber. Sehingga backup perlu dilakukan secara reguler agar ketika terjadi kegagalan sistem, bisnis Anda punya rencana cadangan agar layanan tetap beroperasi.
Keempat, teknologi baru membawa tantangan baru. Sehingga sudah sewajarnya jika perusahaan mengkhawatirkan sisi keamanan ketika mengadopsi teknologi baru. Perangkat mobile misalnya, penggunaan berbagai perangkat ini di lingkungan kantor suka tidak suka sebenarnya menciptakan lebih banyak resiko baru.
Comments
Post a Comment