Dimulai sejak sekitar tahun 90-an, telah berkembang dari sebuah terminologi industri bersama ke dalam sebuah standar global untuk kepentingan validasi bagi pihak ketiga dalam hal kelayakan infrastruktur data center (DC). Uptime Institute telah membuat suatu sistem kategorisasi untuk DC maka dari sinilah awal dimulainya pengertian tier. Pengertian Tier ini sangat penting karena saat ini banyak perusahaan yang telah menyediakan sistem backup untuk dissaster recovery-nya bekerjasama dengan penyedia layanan DC. Dengan sertifikasi tier pada DC kita bisa mengetahui service level yang mereka berikan.
Pengertian Tier pada Data Center
Sistem klasifikasi tier pada DC secara konsisten diterapkan sebagai evaluasi terhadap berbagai infrastruktur data center terkait dengan kinerja operasional DC tersebut secara menyeluruh. Utamanya pada penilaian aksesibilitas atau uptime sehingga sertifikasi tier mencerminkan bahwa DC tersebut dapat terus di akses tanpa gangguan atau tanpa putus sesuai dengan klasifikasi tier-nya. Berikut adalah perbandingan klasifikasi tier pada Data cCnter:
Klasifikasi Tier 1
Perangkat TI dilayani oleh satu jalur distribusi non-redundat, atau satu uplink per satu server. Ini biasanya banyak di temui pada perusahaan besar yang memiliki DC sendiri, dengan fokus kemampuan untuk dapat melayani aktivitas operasional selama jam kerja dan di back up dengan UPS. Tingkat up time 99.671% atau dalam setahun batas toleransi gangguan maksimal 28 jam. Kalau dihadapkan pada gangguan maka dikategorikasn sebagai rentan. Selain itu di Tier 1 ini ketersediaan genset, raised floor, UPS, sifatnya opsional. Untuk tindakan preventif maintenance dilakukan dengan cara di shutdown keseluruhannya.
Klasifikasi Tier 2
Pada dasarnya mirip dengan Tier 1, namun telah di tambah dengan komponen redundant (serba memiliki sumber daya cadangan). Selain wajib memiliki UPS, DC Tier 2 harus dilengkapi generator backup sebagai persiapan saat ada pemadaman bergilir dari PLN. Keharusan lainnya adalah mesti dilengkapi dengan raised floor. Dengan tingkat uptime 99.741%, atau hanya memiliki toleransi downtime maksimal selama 22 jam dalam setahun. Terhadap gangguan yang terjadi maka tier 2 dikategorikan sebagai agak rentan. Tindakan preventif maintenance dilakukan shutdown pada power path dan bagian tertentu dari infrastruktur yang memerlukan shutdown saja.
Klasifikasi Tier 3
Sama halnya dengan klasifikasi DC pada Tier 2, seluruh pengertian tier DC di level 2 dengan ditambah lagi persyaratan seluruh peralatan fasilitas DC pada tier 3 yakni harus memiliki lebih dari 1 sumber daya listrik dan jaringan (multi network link) sehingga syarat “no shutdown” dapat terpenuhi pada data center tier 3. Tingkat uptime 99.982% atau toleransi gangguan dalam setahun maksimal hanya 1.5 jam saja. Dari sisi ketahanan dalam menghadapi gangguan Tier 3 dikategorikan sebagai tidak rentan terhadap gangguan terencana. Biasanya DC tier 3 ini hampir tidak berbeda dengan performa DC tier 4. Tindakan preventif maintenance dilakukan dengan mengalihkan beban kepada sistem backup saat sistem utama di maintenance.
Klasifikasi Tier 4
Pada dasarnya sama saja dengan DC tier 3, namun DC tier 4 ini hanya memiliki toleransi down time 30 menit dalam setahun. Inilah yang dimaksud pengertian tier pada data center secara singkat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada website Uptime Institute untuk sertifikasi tier pada DC. Terhadap gangguan maka Tier 4 dikategorikan Tidak Rentan baik gangguan terencana maupun gangguan tidak terencana.
Investasi dan Biaya Operasional
Biaya Investasi dan termasuk biaya operasional pada data center secara umum sesuai dengan tingkatan tier-nya sehingga semakin tinggi tiernya maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, Tier 4 belum tentu merupakan solusi terbaik bagi organisasi yang hanya membutuhkan data center di tingkat Tier 2. Karena dapat berakibat pada pemborosan modal dan lebih beresiko.
Kondisi ideal bagi perusahaan yang hanya beroperasi pada jam kantor adalah menggunakan data center Tier 1 sampai Tier 2 di gedungnya. Kemudian disertai dengan menempatkan perangkat IT cadangannya di sebuah penyedia fasilitas DC Tier 3. Dengan demikian beban pengeluaran modal dapat lebih optimal dalam hal pencapaian kontinuitas aktivitas operasional dalam jangka panjang.
Informasi lebih lanjut mengenai layanan konsultasi dan sistem integrasi khususnya Data Center silahkan kontak kami : Dcim@dayaciptamandiri.com
Comments
Post a Comment